4 Kejanggalan Kecelakaan Sukhoi SJ 100
Superjet 100 dibangun dalam kerjasama dengan Alenia Aeronautica, sebuah divisi dari raksasa enginering Italia engineering, Finmeccanica. Dengan 25 persen saham dalam proyek Superjet, Alenia membantu menjual produk-produk Sukhoi ke Eropa Barat, Amerika Utara dan selatan, Jepang, dan Australia, melalui sebuah cabang perusahaan di Venesia, Italia.
Berikut ini ada 4 kejanggalan sebelum dan sesudah terjadinya kecelakaan yang saya rangkum dari berbagai sumber :
Rute Joy Flight
Kejanggalan ini diungkapkan pengamat penerbangan Samudera Sukardi, yang juga mantan petinggi Pelita Air. Joy flight yang dilakukan pesawat Sukhoi Superjet100 dari Bandara Halim Perdanakusuma, melewati rute Pelabuhan Ratu yang melintasi wilayah pegunungan yang gelap. Hal ini dinilai tidak lazim karena biasanya joy flight dilakukan pada rute yang lebih terang, yakni melintasi wilayah laut.
Izin Turun ke 6 Ribu Kaki
Pesawat SSJ-100 ini hilang kontak setelah 21 menit lepas landas dari Bandara Halim Perdanakusumah, tepatnya pada pukul 14.33 WIB. Saat hilang kontak, ATC di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng menerima permintaan dari pilot untuk turun dari ketinggian 10 ribu kaki kepada 6 ribu kaki.
Sinyal Darurat Tidak Terdeteksi
Pesawat SSJ-100 ini saat hilang kontak, tidak mengirimkan sinyal darurat, yang dikenal dengan Emergency Locator Transmitter (ELT), yang langsung memancarkan sinyal dalam keadaan darurat.
Hal tidak adanya sinyal darurat ini disampaikan oleh humas Basarnas, Gagah Prakoso. Tak hanya ATC Halim, tapi Singapura dan Australia tak mendeteksi sinyal yang biasa dipakai saat pesawat ada gangguan itu.
Sinyal HP Masih Menyala
SSJ-100 diberitakan hilang kontak denan ATC Cengkareng pada pukul 14.33 WIB. Namun, telepon seluler alias HP 2 wartawan majalah Angkasa, Didi Yusuf dan Dodi Aviantara, masih aktif saat dihubungi pukul 17.00 WIB. Tapi keduanya tidak mengangkat telepon.
Comments
Post a Comment